Bima, Jeratntb.com – Menjamurnya pegiat profesi jurnalis di Bima masih menjadi fenomena yang cukup seksi untuk dibahas. Tentu ini berpengaruh positif bagi penyebaran informasi dan kontrol publik demi salah satu pilar demokrasi.
Tapi berbagai tantangan juga muncul bersama hadirnya mereka, salah satunya proses perekrutan yang tidak didasari bekal ilmu jurnalistik yang memadai. Parahnya, dengan bekal Id card justru menjadi senjata pemerasan.
Di wilayah Monta, beredar isu dua orang oknum wartawan bersama pimpinannya melakukan aksi pemerasan terhadap sejumlah kepala sekolah.
Dua oknum ini berinisial Om dan Mw (satu media -red) diduga memeras dua kepala sekolah sekaligus dengan nominal masing masing 5 juta rupiah.
Parahnya, modus pemerasan ini dengan mengaku mampu menghentikan proses pemeriksaan di sat reskrim unit tipidkor polres kabupaten Bima.
Sementara dipihak lain dua kepala sokolah masih dalam proses pemeriksaan penyidik atas laporan dugaan tindak pidana korupsi dana BOS.
Kepala sekolah yang dikonfirmasi senin (18/3-24) membenarkan kalau dua oknum wartawan tersebut meminta uang masing masing 5 juta, “Saya didatangi oleh saudara Mw dengan iming iming untuk menghentikan proses di unit tipidkor, bahkan kalau ada surat dari reskrim yang turun disuruh sobek saja,” ungkapnya minta dirahasiakan namanya.
Uang itu diserahkan jam 12 malam di kediaman Mw di RT 12 desa Sie. “Kehadiran saya di kediaman Mw atas perintah Mw sendiri dengan jaminan semua masalah selesai,” paparnya.
Ditanya soal kompensasi 5 juta itu apakah atas permintaan penyidik juga, “Bukan, itu inisiatif mereka sendiri. Hanya Om tegaskan jika ada surat dari tipidkor yang datang saya disuruh sobek,” kisahnya.
Sementara oknum Om melakukan eksekusi di kediamannya di kota bima terhadap satu lagi sekolah yang berbeda.
“Uang itu diantar langsung oleh umi bersama suaminya ke kediaman Om di Kota Bima,” imbuhnya.
Di kediamannya salah satu kepala sekolah juga ditemui sejumlah awak media membenarkan dan mengaku mendatangi Om di rumahnya bersama suami, mereka juga diiming imingi hal serupa bahwa semua persoalan selesai.
Sementara Om dan Mw dikonfirmasi melalui WhatsApp, “Ini tidak benar, jangan menyebar fitnah. Saya tidak pernah kenal dengan dua orang kepala sekolah yang dimaksud,” ucap Om senin sore tadi.
Saat bersamaan Mw juga menanggapi, “Ini merupakan fitnah yang sangat keji bagi kami, karena kami tidak pernah melakukan hal yang dituduh kan. Dan kami akan segera melakukan langkah terhadap pencemaran nama Baik kami,” ancamnya dalam chat WhatsApp.
Di pihak lain, pembina wartawan Kae Suharlin, S.Sos mengecam atas dugaan tersebut karena dianggap mencoreng nama dan marwah jurnalis. Dengan tegas pimpinan media Jeratntb ini berjanji akan membawa kasus tersebut ke ranah hukum. “Ini dugaan pemerasan dan harus diproses secara hukum,” tegasnya di hadapan sejumlah media senin sore. (Jr team)