Rekam Jejak Hadi Selama Sekolah, 9 Kali Dipanggil BP/BK

Bima, Jeratntb.com – Bagaimana Hadi mantan siswa SMAN 1 Woha ini sampai di drop out (DO) oleh sekolah.

Berikut rekam jejak menurut sejumlah sumber. Hadi asal desa Nisa kecamatan Woha kabupaten Bima menjadi siswa di SMAN 1 Woha sejak tahun 2017 duduk di kelas satu jurusan IPS dengan tanpa prestasi.

Selama duduk di bangku kelas satu Hadi kerap meninggalkan kelas dan sering tidak masuk sekolah, namun masih dinilai normal.

Naik di kelas dua, Hadi mulai berulah dan semakin sering tidak mengikuti proses KBM. “Laporan guru dan siswa, anak ini sering memukul siswa lain hanya karena persoalan sepele. Lantaran melintas di depanya lalu tidak ditegur dapat memicu emosinya untuk berlaku kasar,” ungkap Najamuddin, S.Pd kepala SMAN 1 Woha.

Dalam catatan sekolah, orang tua Hadi 9 kali diundang oleh pembina BP/BK, 31 oktober 2017 orang tua diundang karena siswa bersangkutan sering meninggalkan KBM. Selasa 24 juli 2018 diundang karena terlibat perkelahian yang bermotif caci maki di sosmed.

Panggilan berikutnya tanggal 2 oktober 2018 karena sering terlambat masuk sekolah pada jam ke 2 pelajaran. Pada tahun yang sama, yang bersangkutan mengajukan keinginan untuk pindah sekolah ke jakarta atas persetujuan orang tua, pihak sekolah menyarankan untuk meminta rekomendasi sekolah tujuan pindah.

Tanggal 2 maret 2019 Hadi menghadap ke ruang BP didampingi ibu serta kakaknya karena terlibat perkelahian dengan siswa asal desa talabiu 2 september 2019 diundang untuk diberikan pembinaan karena terlibat perkelahian. Hadi menghindar dan kasusnya dialihkan penanganannya di polsek woha. Tepat tanggal 4 september 2019 resmi dikembalikan ke orang tua karena terlibat penyerangan sekolah dengan melibatkan warga kampung bersenjata tajam dan panah.

Selain sederet catatan tersebut, Hadi juga diketahui tergabung dalam Gang sekolah dengan nama The Brandal School Comonity (TBSC). Gang ini merekrut anggota dari berbagai sekolah bahkan informasinya ada yang masih duduk di bangku SLTP.

Lepas dari persoalan itu, kepala sekolah yang ditemui Senin siang juga menjelaskan bahwa sekolah telah berlaku adil bagi semua siswa yang terlibat, “Termasuk sembilan siswa yang sempat terancam dikeluarkan (sembilan orang ini duduk di kelas 3, ketika Hadi masih di kelas 2-red), mereka datang ke ruang kepala sekolah dan meminta kesempatan untuk berubah asal tidak dikeluarkan dari sekolah. Melihat kesungguhan mereka dan juga mempertimbangkan menjelang ujian nasional akhirnya kami memutuskan untuk memberi kesempatan yang sama seperti yang pernah diberikan kepada Hadi sebelumnya,” papar kepala sekolah.

“Alhamdulillah, sembilan siswa ini menunjukkan perubahan yang sangat baik dan tidak lagi berulah sampai mereka lulus,” lanjut kepala sekolah.

Sementara Hadi yang sempat dikabarkan pindah dan diterima kembali oleh kepala sekolah setelah dua bulan tidak masuk justru kembali membuat kericuhan di sekolah, “Setelah kami beri kesempatan, bukannya lebih baik malah menambah persoalan baru bagi sekolah dan pendidikan. Suasana sekolah benar-benar dibuat tidak nyaman atas ulah Hadi,” ketus Najamudin.

Atas dasar itu sehingga baik siswa, guru dan kepala sekolah serta Komite bahkan sejumlah kepala desa dan muspika mendesak Hadi dikeluarkan dari sekolah. [jr]

Pos terkait