Menderita Kanker Lidah, Putri Guru Honorer ini Butuh Bantuan Dana

Bima, Jeratntb.com – Setelah menjalani beberapa tahap pemeriksaan medis, kini Widiawati Humairah (15) harus menjalani perawatan.

Pelajar kelas tiga SMPN 1 Monta asal RT 18/01 Desa Tangga, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima ini divonis dokter menderita kanker lidah.

Akibat sakit yang diderita, remaja putri padangan Ruslan dan Nuraini ini tidak lagi dapat menelan makanan dan minum, hanya bantuan infus melalui saluran hidung yang dapat membantunya untuk bertahan hidup.


Rahmi salah satu kerabat pasien mengatakan, berdasarkan pemeriksaan awal, Widia didiagnosa menderita tumor oleh dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima, tetapi hasil diognosa terakhir ia divonis kanker lidah.

“Diagnosa awal menderita tumor, tetapi hasil diagnosa terakhir kanker lidah dan saat ini Widia sedang dirawat di RSUD Bima dengan tensi terakhir hari ini, darah rendah 60/100,” kata Rahmi, Jumat (10/4/2020).

Meski saat ini Widia telah menjalani perawatan medis, tetapi keluarga masih terkendala degan biaya pengobatan dan kebutuhan dana selama perawata. Oleh karena itu Rahmi berharap ada bantuan pemerintah dan para dermawan untuk meringankan beban keluarga Widia.

“Mohon bantuannya supaya ada para dermawan yang bisa membatu untuk kebutuhan selama perawatan berupa bantuan medis seperti penanganan yang lebih baik lagi dan bantuan materi untuk membeli plastik atau tisu untuk tempat darah pasien karena darahnya masih terus keluar dan saat ini pasien belum bisa makan apa-apa selain bantuan lewat infus,” harapnya.

Selain itu ia juga berharap ada bantuan dan perhatian dari pemerintah untuk membantu pelajar yang juga pernah berprestasi di bidang pencak silat ini. “Kami berharap bisa dibantu oleh pemerintah untuk meringankan biaya pengobatan bagi keluarga pasien yang saat ini masih mendampingi Widia dalam perawatan,” harapnya.

Orang tua Widia, Ruslan yang juga seorang Guru honor di SMPN 2 Monta hanya pasrah dan menunggu keajaiban, karena mengandalkan penghasilanya sebagai tenaga honor tidak mungkin. Jangankan untuk berobat, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak cukup.

Guru honor yang telah mengabdi selama 18 tahun ini tidak dapat berucap, hanya raut sedih dan duka yang terpancar saat mendekap sang putri kesayanganya. (Jr)

Pos terkait