Bima, JeratNTB – Gugatan terkait dugaan melanggar SOP yang dilakukan oknum Buru Sergap (Buser) Polres Bima masih dalam proses penyelidikan pihak Propam, menyusul permintaan pihak keluarga untuk menghentikan kasus yang dituduhkan kepada Haerudin (Haer).
Permintaan ini diperkuat dengan sejumlah alasan diantaranya bahwa sangkaan pihak kepolisian terhadap Haer yang diduga telah melakukan aksi begal terhadap Habibi (21 thn) warga desa Ngali dinilai tidak beralasan karena Habibi merasa tidak dalam keadaan dibegal.
Selain itu penembakan yang dilakukan oknum Buser yang mengakibatkan Haer harus dirujuk ke rumah sakit Bhayangkara dengan alasan spontan dinilai tidak logis.
Hal itu disampaikan keluarga Haerudin melalui Munawir, SH salah satu paman Haer yang ditemui langsung JeratNTB di kediaman orang tua Haer RT 14 Dusun Kabuju desa Ngali kecamatan Belo kamis malam (28/2-19).
“Pasca kejadian, Habibi telah diambil keterangannya oleh pihak propam di kantor desa Ngali, dalam keterangannya Habibi mengaku tidak dalam posisi dibegal,” terang tokoh pemuda sekaligus ketua BPD desa Ngali ini.
Senada dengan yang disampaikan Dhoni (juga paman Haer-red), “Logikanya jika Habibi ini ditempatkan pada posisi korban, lalu kenapa saat penyergapan ikut ditahan dan diborgol, dari mana ceritanya korban diseret dengan posisi diborgol, lucu.” ketusnya.
“Pertanyaan lainnya, atas bukti apa Haer ini ditangkap jika status Habibi saja tidak dapat dipastikan sebagai korban dengan perlakuan layaknya tersangka,” tegas Dhoni
Seluruh keluarga yang hadir saat itu sepakat menginginkan tanggunjawab kepolisian resort kabupaten Bima atas apa yang menimpa Haer dan membebaskan Haer dari segala tuntutan, “Karena tidak ada tuduhan atau laporan atau bukti atau surat perintah penangkapan, maka kami meminta kapolres bima menetapkan status keponakan kami sebagi korban,” tegas Dhoni.
Sementara Haerudin yang saat ini sedang dirawat intensif di rumah sakit Bhayankara Mataram, dihubungi langsung via seluler memberikan kesaksian bahwa dirinya ditembak beberapa saat setelah ditangkap, “Saya berani bersumpah, saya ditembak dengan senjata laras panjang oleh Pak Herman (kanit Buser-red) dalam posisi kedua tangan saya diikat dan dipegang oleh dua orang polisi,” urainya.
Diakuinya, sebelum itu dia sempat lari karena merasa dikejar aparat, “Tapi setelah menyadari kalau saya tidak dalam posisi melakukan kejahatan akhirnya saya berhenti dan langsung disergap, bahkan saya sempat bertanya kenapa saya diburu,” ungkap Haer.
Sebelumnya. Kamis sore JeratNTB mendatangi kediaman Habibi di RT 21/5 desa Ngali. Didampingi Nukrah (23 thn) kakak kandung Habibi, “Untuk sementara adik saya sebaiknya jangan dikonfirmasi sebab kondisi mentalnya masih belum stabil karena trauma pasca kejadian itu,” tandasnya. [jr]