Trik Melawan Hoax Menggunakan Pola Pikir Matematis

Syarifudin AB. Dosen Pendidikan Matematika STKIP Taman Siswa Bima

Seiring perkembangan teknoligi sekarang ini, sangat mudah dan cepat untuk menyebarakan sebuah berita, baik berita yang salah maupun yang benar. Penyebaran berita tersebut bisa dilakukan secara on line maupun cetak.

Belakangan penyebaran berita yang paling banyak dilakukan adalah melalui media sosial online seperti YouTube, FaceBook (FB), WhatsApp (WA), Instagram, BBM, Twitter, dll. Media sosial ini diakui sebagai media soasial yang mudah dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Oleh sebab itu, media sosial inilah yang paling efektif dan cepat untuk menyebarkan informasi, yang terkadang isinya masih diragukan nilai keberanannya.

Terlebih pada beberapa bulan terakhir ini semakin panasnya isu-isu politik dari kedua kubu. Dan berkemungkinan juga ada pihak-pihak lain yang ikut menyampaikan informasi saling menjatuhkan lawan.

Tidak jarang ditemukan informasi  yang mengusung tentang kepentingan kelompok tertentu, masyarakata tertentu, dan bahkan person. Semua informasi itu akan diketahui oleh masyarakat secara umum, baik masyarakat yang berpendidikan tinggi, awam, muda, tua, maupun anak-anak. Masalahnya, benar atau tidaknya informasi ini justru terlanjur setelah dikonsumsi publik.

Menurut Data Kemenkominfo menyebutkan bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu (Hoax). Hasil riset juga yang dilakukan oleh DailySocial.id, sebuah blog teknologi asal Jakarta, yang bekerja sama dengan Jakpat Mobile Survey Platform. Riset ini menanyakan tentang distribusi konten hoax dalam platform digital terhadap 2.032 responden.

Riset ini mencatat masih banyak orang Indonesia yang tidak dapat mencerna informasi dengan sepenuhnya dan benar, tetapi memiliki keinginan kuat untuk segera membagikannya dengan orang lain. Sayangnya, beberapa informasi dapat membawa banyak interpretasi dan sudut pandang.

Dari seluruh responden yang terlibat, riset ini mencatat sebanyak 44,19 persen responden mengaku tidak yakin mereka punya kepiawaian dalam mendeteksi berita hoax. Berdasarkan data-data tersebut, menunjukkan semakin kuatnya berita Hoax yang tersebar di Indonesia, namun disisi lain masyarakatnya masih belum mampu mendeksinya dan menangkisnya.

Salah satu cara untuk mendeteksinya adalah dengan mengolah logika kita dengan baik. Kita tahu, hampir seluruh masyarakat Indonesia yang pernah bersekolah sudah pernah belajar Matematika. Untuk itu, dengan belajar matematika kita akan dilatih utnuk berpikir kritis, logis, kompleks, efektif, efisien dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Perlu diingat bersama, bahwa tujuan belajar matematika tidak hanya sebatas kita mampu mengoperasikan penjumlahan, penguranga, perkalian, atau pembagian, namun hal yang utama adalah melatih akal kita untuk berpikir logis dalam menyelesaikan masalah yang kompleks namun efektik dan efisien. Oleh sebab itu, mari kita manfaatkan akal kita untuk berpikir logis dan sesuai dengan kenyataan dan kesepakatan dalam menerima sebuah informasi.

Oleh sebab itu, saya menyampaiakan pada tulisan ini beberapa tahap dalam berpikir matematis untuk membuktikan sebuh berita itu mengandung nilai kebenaran atau hoax. Tahap-tahap yang dimaksud adalah Spesializing, Conjecturing, Convicing, Generalizing. Pertama, pada tahap Spesializing ini kita harus memperhatikan ke hal-hal yang spesifik.

Misalnya, harus melihat informasih tersebut sudah beredar dimana saja (pada grup WA mana saja atau di FB siapa saja), kapan mulai diberitakan, isi beritanya masuk aka apa tidak, dan Situs apa saja yang memberitakan. Ingat, jangat cepat-cepat percaya dan disebarkan kepada orang lain.

Kedua, pada tahap Conjecturing ini kita membuat dugaan yang perlu kita buktikan dengan fakta yang ada. Kita membuktikan tentang Isi beritanya dan Siapa penyampai beritanya?

Ketiga, pada tahap Convicing ini kita membuktikan dugaan dari informasi tersebut bagaiman Isi beritanya dan siapa penyampai berita? Isi beritanya apakah logis atau tidak, perlu kita crosscheck isi beritanya dengan kenyataan, misalnya membaca informasi-informasi dari media sosial lain.

Atau kita Tanya siapa yang menyampaikan berita tersebut. Kedua aitem ini kita harus telusuri dan crosscheck. Jika kedua aitem ini benar, maka bisa kita simpulkan nilai kebenarannya atau hoax.

Keempat, pada tahap Generalizing ini kita bisa menggunakan informasi tersebut. Jika informasinya Hoax, maka kita sinpan sebagai berita hoax dan apabila bernilai benar, bisa kita disebarkan atau digunakan dilakangan umum atau masyarakat.

#SemogaBermanfaat

Pos terkait