Oleh : Hairullah, SKM, S.kep, MH. Mantan ketua FORKOM KSR PMI Perguruan Tinggi se Indonesia.
Pertarungan politik di kabupaten Bima kian hari kian memanas mengingat pilkada kabupaten Bima hampir dipastikan akan berlangsung pada bulan Desember 2020.
Figur petahana DINDA-DAHLAN yang dipastikan akan maju kembali berkompetisi merebut posisi EA 1 dan EA 2 tentunya mendapat perlawanan sengit dari rival politiknya.
Selaku petahana, DINDA-DAHLAN memiliki prestasi yang diraih dan dibanggakan yang dapat dijual selama memimpin lima tahun ini, dan begitu pula sebaliknya ada hal yang belum mampu dituntaskan selama kepemimpinan akan menjadi pintu masuk bagi lawan politik sehingga menjadi batu sandungan buat melenggang mulus ke pucuk pimpinan kabupaten Bima.
Beberapa hal yang membuat DINDA-DAHLAN melejit dan meninggalkan saingan politik lainya yakni pertama, prestasi DINDA-DAHLAN yang meraih opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari badan pemeriksa keuangan (BPK) secara berturut-turut, predikat ini tentunya tidak diperoleh dengan mudah harus melalu pemerintah yang bersih (clean government), dan tata kelola pemerintahan yang baik, tentunya sebagai masyarakat merasa bangga atas prestasi DINDA-DAHLAN dalam memperoleh opini WTP.
Kedua, fitnah yang dialamatkan pada DINDA-DAHLAN secara pribadi dan keluarga selama memimpin menjadi perhatian serius bagi masyarakat apakah benar atau tidak, mulai isu korupsi, kolusi dan nepotisme selama menjalankan roda pemerintahan ternyata tidak terbukti ditandai dengan adanya opini WTP dari BPK secara berturut-turut, sehingga melahirkan empati dan simpati yang mendalam kepada kedua pemimpin ini.
Ketiga, ujaran kebencian yang di alamatkan kepada DINDA-DAHLAN melalui postingan media sosial dengan kata kata kasar akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus bagi masyarakat terkhusus bagi militansi DINDA-DAHLAN dengan mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut bukan malah balik menyerang pihak lawan politik dengan cara yang sama, realitas di lapangan ternyata masyarakat tidak menginginkan cara cara yang tidak beradab dalam melakukan akrobat politik termasuk ujaran kebencian dan lain lain, sebagai bukti akhirnya ini begitu banyak pendukung/loyalis dan bahkan tim relawan calon lain yang migrasi secara besar-besaran ke DINDA-DAHLAN di berbagai desa dan kecamatan di wilayah kabupaten Bima, kebanyakan masyarakat beralasan bahwa DINDA-DAHLAN pemimpin yang baik tidak harus diperlakukan seperti itu di medeos dengan kata kata kasar.*)