Harga Jagung Anjlok, Mahasiswa Gedor Gerbang Pemkab Bima Hingga Roboh

Bima, Jeratntb.com – Aksi unjuk rasa puluhan mahasiswa di Bima-Nusa Tenggara Barat kembali ricuh pada Rabu (10/06/2020). Pintu gerbang Pemerintah Daerah Kabupaten Bima roboh digedor massa.

Mahasiswa Kecamatan Soromandi dan Donggo yang ngotot minta kenaikan harga jagung petani, langsung brutal merusak dua pintu gerbang yang berada di bagian barat dan timur, lantaran aksi lama tak direspon oleh Bupati.

Aksi yang sedianya dijaga oleh Kepolisian, Brimob, TNI dan Satpol PP setempat, merupakan kali kedua setelah unjuk rasa sebelumnya sempat ricuh antara Satpol pp dan Mahasiswa hingga dikabarkan salah seorang massa mengalami luka bocor di kepala akibat terkena lemparan.

Dalam orasinya, Jenderal Lapangan, Satria Madisa menyerukan, dengan anjloknya harga jagung petani saat ini yang berkisar Rp 2.800-2.900 per kilogram, membuat petani rugi. Terlebih, harus mencicil kredit dari pinjaman modal jaminan BPKB kendaraan.

Ia pun meminta, agar Pemerintah Daerah dapat menstabilkan dan menaikan harga jagung sebesar Rp 3.700 hingga Rp 4.000, khusus petani di Kecamatan Soromandi dan Kecamatan Donggo.

Tak hanya itu, massa juga mendesak  Pemda Bima membentuk Perda yang dapat melindungi dan memberikan standar harga jagung, serta dapat menghadirkan industri olahan jagung, baik berupa gudang penampung  maupun pabrik olahan jagung.

Aksi yang berlangsung selama 6 jam dari pukul 11.00 siang hingga 17.00 wita ini, baru berakhir setelah sejumlah perwakilan massa menemui dan beraudiensi dengan Bupati Bima di ruangan rapatnya.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Bima, Indah Dhamayanti Putri didampingi Wakil Bupati Dahlan M Noer menjelaskan bahwa pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan harga jagung. “Termasuk beberapa komoditi lainya, hanya memang saat ini hasil koordinasi dengan sejumlah pengusaha bahwa mereka masih terkendala pengiriman tapi mereka kami himbau agar tetap membeli hasil petani untuk pengiriman berikutnya,” terang Bupati.

Pengusaha tetap akan mengambil hasil tani. “Tentunya, persoalan harga masih berkisar antara 2.900 hingga 3.200. Hasil komunikasi kami dengan beberapa pengusaha bahwa harga ini berfariasi disebabkan oleh beberapa faktor diantara jarak atau lokasi jagung milik petani yang bahkan di atas gunung,” paparnya. (Jr Ages)

Pos terkait