Bima, Jeratntb.com – Proyek pembangunan ruang kelas baru dan program rehabilitasi di SMA Negeri 1 Parado, Kabupaten Bima, mangkrak. Pekerjaan yang harusnya sudah dalam tahap penyelesaian tersebut, justru harus terhenti di tengah jalan. Ironisnya, pekerjaan yang sudah berlangsung selama 10 bulan itu, kini kondisinya begitu memprihatinkan dan diduga tidak sesuai spek.
Disinyalir, penyebab magkraknya proyek miliaran rupiah itu karena tidak tersedianya material seperti baja ringan dan besi, yang menjadi kebutuhan utama bangunan tersebut. Usut punya usut, item pembelian marerial tersebut diduga diambilalih oleh Dikbud NTB.
Selain itu, sebagian dari dana yang dialokasikan justru telah dipotong oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB khususnya pada item pengadaan barang-barang utama, termasuk keramik, granit, baja ringan, besi, serta pengadaan cat dan genteng.
Demikian diungkapkan Ketua Komite SMA Negeri 1 Parado, Kharuddin. Meskipun terdapat dana sebesar Rp 2,9 miliar, namun sekitar Rp 1 miliar di antaranya digunakan untuk pengadaan barang-barang. Ia juga tidak tahu apakah proyek ini menggunakan mekanisme tender atau metode penunjukan langsung.
”Kita sedang menunggu barang-barang dari pihak mereka, barang-barang utama seperti keramik dan cat sudah ada,” ungkapnya.
Menurut Kharuddin, pekerjaan terhambat karena baja ringan dan besi belum tiba. “Pengiriman pertama baja ringan hanya cukup untuk menyelesaikan tiga ruangan atau dua lokal saja, yaitu ruang perpustakaan,” jelasnya.
Sementara itu kata dia, masih terdapat tujuh ruangan yang belum dapat diselesaikan.
“Inilah kendala yang kami hadapi saat ini, kami ingin memasang keramik sementara bagian atasnya belum selesai,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kaharuddin memaparkan, proyek ini dikerjakan oleh tiga tim pelaksana atau pemasok, yang menangani Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) dan Ruang Guru (pembangunan baru) dengan jumlah dana fisik sebesar Rp. 589.885.000., dengan masa pelaksanaan hingga 31 Desember 2024.
Kemudian, tim pelaksana kedua telah menyelesaikan pembangunan baru untuk satu ruang laboratorium biologi, satu ruang laboratorium komputer, serta rehabilitasi ruang laboratorium fisika.
Selanjutnya, tim pelaksana juga mengerjakan rehabilitasi tujuh ruang kelas dan ruangan perpustakaan, serta pembangunan baru laboratorium kimia, dengan anggaran pekerjaan sekitar lebih dari Rp 1 miliar.
”Pekerjaan yang telah mencapai 100 persen penyelesaian meliputi satu ruang guru dan perpustakaan,” bebernya.
Pekerjaan telah dimulai sejak 23 Oktober 2024, namun hingga saat ini belum ada indikasi pencairan dana, yang mengakibatkan penghentian kegiatan. Hal ini disebabkan masih menunggu kedatangan barang baja ringan dan besi, sementara barang-barang lokal telah dipersiapkan sepenuhnya.
Ketua Komite menyampaikan bahwa pihaknya kerap kali mengonfirmasi hal tersebut ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB. Bahkan pihak BPK sudah turun tangan dua kali, serta tim dari provinsi juga telah berkunjung dua kali. Namun, hingga saat ini belum ada kabar lanjutan yang diterima.
”Terhambatnya pekerjaan ini tentu berdampak signifikan terhadap proses belajar mengajar para siswa. Akibatnya, siswa terpaksa mengikuti pelajaran pada sore hari karena kekurangan ruang kelas. Mereka juga harus belajar di luar ruangan, seperti di baruga, poskamling, bahkan di bawah pohon.
Dia juga menyampaikan harapan agar pengadaan barang dapat segera dilakukan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan. Mangkraknya pekerjaan ini telah berlangsung kurang lebih selama 10 bulan.
“Sebagai ketua komite, saya sangat prihatin dengan kondisi sekolah ini karena hingga saat ini pekerjaan belum juga diselesaikan. Kepada Bapak Gubernur NTB sebagai pembuat kebijakan, mohon untuk segera mengambil tindakan karena kasihan anak-anak sekolah yang proses belajar mengajarnya terhambat,” harapnya.
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Parado, Nuryadin, S.Pd., menyampaikan harapannya agar pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan segera sehingga bangunan sekolah dapat dimanfaatkan secara optimal. “Kasihan para siswa, karena ruangan kelas hanya tersedia lima, sedangkan jumlah rombongan belajar ada sembilan,” ungkapnya.
Nuryadin menyatakan bahwa pihaknya terpaksa membagi jadwal menjadi dua sif, yaitu pagi sebanyak 5 kelas dan sore sebanyak 4 kelas.
“Apabila bangunan telah selesai, maka semua kebutuhan akan terpenuhi. Namun, saat ini beberapa kelas harus belajar di beruga, di tempat parkir, atau di bawah pohon,” jelasnya.
Meski demikian Kepsek mengaku bangga dan bersyukur dengan pembangunan ruang kelas dan laboratorium tersebut. Namun, dengan mata berkaca-kaca, kepala sekolah berharap sepenuhnya kepada para pemangku kebijakan agar segera menemukan solusi terkait keberlanjutan pembangunan tersebut.
”Pentingnya hal ini karena SMA Negeri 1 Parado merupakan ikon dari Kecamatan Parado,” tutupnya. (Jr Iphul).







