Kota Bima, Jeratntb.com – Kolaborasi 2 (dua) organisasi lingkup pemerintah kelurahan Pane yakni Karang Taruna “GEMINI” dan Tim Siaga Bencana Kelurahan (TSBK) Kelurahan Pane Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima terus intens dalam meningkatkan budaya gotong royong di tengah-tengah masyarakat
Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya agenda bhakti sosial sebagai bagian dalam proram kerja yang dilakukan secara bersamaan oleh 2 organisasi tersebut.
Seperti yang diakui oleh Ketua TSBK Pane dan Ketua Karang Taruna Gemini Pane Suryadin dan Mahrun kepada tim media ini saat di lokasi kegiatan. “Yah, kegiatan bhakti sosial ini menjadi program kerja kami sebagai upaya menciptakan lingkungan yang bersih”.
Di samping itu, lanjut mereka, kegiatan ini bertujuan untuk memupuk semangat kebersamaan, rasa tanggungjawab dan juga mengarahkan para pemuda-pemudi pada hal-hal yang positif.
Diakhir percakapan, ke dua tokoh pemuda ini menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan dan partisipasi aktif masyarakat Pane, terlebih khusus Camat Rasanae Barat, Lurah Pane, RT, RW dan rekan-rekan relawan TSBK-FTSB kota Bima yang sempat hadir dan mengikuti agenda kami.
.”Kami ucapkan banyak-banyak terimakasih atas partisipasi aktifnya, sehingga pembersihan dan penyemprotan kuburan bisa berjalan sesuai yang diharapkan,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Kepala Kelurahan Pane Khairul Amar mengapresiasi kerja TSBK dan Karang Taruna dalam melakukan kegiatan gotong royong pembersihan dan penyemprotan Kuburan Bata Pane agar kelihatan rapi dan bersih.
“Kegiatan ini adalah salah satu bukti nyata gerakan pemuda sebagai pionir pembangunan serta kebersamaan dengan seluruh komponen masyarakat untuk peduli akan kebersihan lingkungan harus tetap dijaga bersama, disamping itu kegiatan ini merupakan hal positif yang bertujuan membangun masyarakat dalam menumbuhkan semangat gotong royong,” katanya.
Amar sapaanya berharap dengan adanya kegiatan tersebut, masyarakat akan lebih peduli tentang pentingnya gotong-royong.
“Gotong royong memang penting dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga tradisi kearifan lokal, sebagai bentuk rasa hormat dan beban moral untuk menghargai jasa para leluhur yang telah meninggal dunia,” terangnya. (Jr QQ)
