Diduga Tipu Uang BMI, Oknum Pol PP Sampaikan Klarifikasi

Bima, Jeratntb.com – Terkait kabar berita Oknum Pol PP Dompu berinisial AA yang diduga menipu Buruh Migran Indonesia (BMI) asal Bima hingga puluhan juta, kini memberikan klarifikasih pada media ini Rabu malam (1/09-2021).

Kabar yang sebelumnya mencuat di media sosial, baik itu lewat sejumlah group FB maupun lewat pemberitaan online.

Atas persoalan itu AA menjelaskan bahwa tuduhan penipuan terhadap dirinya itu tidak benar.

“Namun memang benar saya mengenal NQ sejak tahun 2017 lalu, dan itu saya mengenalnya melalui media sosial facebook hingga kami bertukaran nomor Handphone sebelum NQ menjadi Buruh Migran indonesia, ” ujarnya,

Sejak itu pula, lanjut AA, komunikasi pun berjalan lancar hingga NQ pernah datang ke rumahnya.

Waktu terus berputar, hubungan keduanya pun berjalan alot, hingga tiba suatu saat, NQ berkeinginan untuk mendaftarkan diri menjadi BMI dan sebelum ke luar negeri NQ ingin menikah dengan AA.

“Namun saya menolak, lantaran pada saat itu, saya masih dalam keadaan duka atas meninggalnya bapak saya yang baru beberapa hari,” bebernya,

“Bahkan pada saat NQ berangkat untuk menjadi TKW, dia startnya di rumah saya, meski saya berusaha menolaknya, namun ketegasan NQ yang bersi kukuh untuk itu, akhirnya saya pun mengizinkan, ” Lanjut AA,

Terkait ATM NQ sendiri pernah dititipkan ke AA sebelum berangkat ke penampungan, AA mengakui itu atas kemauan NQ sendiri,

“Sebelum NQ naik kendaraan, NQ sempat titipkan ATM dan SIM untuk saya pegang, namun saya menolak, ” paparnya,

Penolakan itu pun katanya tidak membuat NQ menyerah begitu saja, NQ terus memaksa ATM dan SIM untuk dititipkan ke AA, dan tanpa mengetahui jumlah isi dalam ATM tersebut.

Singkat cerita, Setelah berangkat dan sampai di penampungan, NQ menelpon guna meminta uang dalam ATM yang disimpan tadi.

“Tanpa menunggu lama saya pun langsung transfer lebih kurang Rp 5 ratus ribu, namun menurut NQ, isi ATM berjumlah kisaran Rp 3 juta, ” Ungkap AA

Hingga selama di penampungan, sampai di tempat tujuan sebagai BMI, kedunya pun masih komunikasi seperti biasanya.

“Setelah ditransfer uang senilai kisaran Rp 500 ribu tersebut, ATM tidak pernah saya cek berapa nilainya hingga diblokir oleh NQ” jelas AA

Hingga pada di suatu hari, hubungan itu dihadapkan dengan suatu masalah yang berawal dari cek-cok sebagaimana orang pacaran pada umumnya.

“Sehingga NQ memutuskan untuk blokir nomor Hp termasuk ATM yang disimpan tadi sehingga komunikasi kami terputus, “

Namun pada tahun 2019 lalu, komunikasi keduanya pun kembali terhubung setelah AA menikah.

“Suatu hari saya main IG dan melihat akun NQ saat itu pula saya mencoba memberanikan diri untuk inbox terlebih dahulu guna memberitahukan bahwa saya sudah menikah”

Saat itu AA menyampaikan kabar pernikahan dirinya, dan meminta maaf kepada NQ sembari berkata, “mungkin saya bukan jodoh kamu, semoga kamu bisa menemukan orang yang lebih baik lagi”,

Sejak itu pula, dirinya dan NQ mulai komunikasi biasa saja layaknya sebagai teman hingga NQ pun mempertanyakan tentang keluarga saya.

Akibat hubungan sudah dianggap teman biasa, kami pun bertukaran nomor Hp hingga di suatu saat NQ meminta bantuan untuk menyuruh saya membelikan Hp anaknya.

Awal dirinya menolak karena takut hal itu sampai diketahui oleh istrinya, penolakan itu dibantah oleh NQ dan menuturkan “masa nggak bisa minta bantuan” kutip AA perkataan NQ saat itu.

Lanjut AA menceritakan, NQ menanyakan nomor rekening dirinya , terpaksa Ia berbohong dan berlasan tidak memiliki no rekening, “namun NQ ngotot dan menyuruh meminta nomor rekening teman dekat saya, ” jelas AA

Saat itu juga, AA sampaikan ke teman dan minta nomor rekening, sambil berkata “ada orang yang mau kirim uang buat beli hp anaknya, teman saya pun berkata kenapa nggak kasi nomor rekening mu saja, dan saya menjawab tidak mau, takut gimana-gimana dengan uang orang.

“Teman saya pun memberi nomor rekeningnya dan NQ mengirim uang kurang lebih Rp 3 juta dan akhirnya uang itu sampai dan dikasi ke saya” terang AA

Pada saat itu pun saya langsung menemui anaknya yang berada di Desa Sakuru dan mengajak untuk membelikan hpnya.

Sesampai di toko hp di Tente, anaknya memilih hp yang diinginkan, dengan harga Rp 2 juta lebih dan saya membelikan kartu dan aksesorisnya.

Setelah membeli Hp, saya memberitahukan NQ bahwa uangnya ada yang tersisa dan NQ pun menyuruh saya untuk mengajak makan bakso anaknya yang tidak jauh dari tempat pembelian Hp, usai makan bakso saya juga membelikan makanan untuk orang tuanya.

Setelah itu juga saya mengatakan uangnya masih ada tersisa dan NQ mengatakan beli aja rokok dan bensin motor mu dan itu buat mu aja karena udah membantu.

“Apakah dari hal itu hingga dinyatakan saya yang menipu uangnya? ” bantah AA

Komunikasi pun kami masih berlanjut walaupun dengan cara sembunyi dari istri saya, dan suatu hari NQ masih membutuhkan bantuan dengan menanyakan ke saya, apakah anak SMP kalau ujian menggunakan komputer..??

Saya pun menjawab memang iya.
NQ pun meminta bantuan dengan menyuruh saya untuk membelikan satu unit leptop untuk anaknya yang pada saat itu masih duduk di bangku SMP kelas 1, biar anaknya bisa belajar mengunakan leptop.

NQ menyuruh saya untuk menanyakan harga leptop dan saya menolaknya, namun penolakan itu lagi-lagi dibantah oleh NQ sembari menuturkan “masa gk bisa minta bantuanya lagi”

Sehari setelah itu, saya menuju Desa O’o ingin nonton pertandingan sepak bola mini sekaligus mempertanyakan harga leptop di sentral muslim sesuai keinginan NQ.

Dari situ, saya mengetahuinya kalau harga leptop kisaran Rp 3 juta lebih bahkan sampai Rp 4 juta lebih, kalau notebook yang agak murah. Namun NQ tidak menginginkan notebook yang dia inginkan leptop.

Setelah percakapan itu lebih kurang seminggu, tiba-tiba NQ mengirim uang Rp 5 juta di nomor rekening teman saya dan mengabarkan ke saya bahwa saya dah kirim uang ke rekening temannya untuk membelikan leptop anaknya.

Saya kaget mendengar hal itu dan sempat saya bilang jangan suruh beli saya leptop anaknya, suruh aja keluarga atau adik-adik yang ada di Bima karena memang toko leptop juga ada di Bima.

NQ lagi-lagi bersih kukuh untuk menyuruh saya dengan dalil masa nggak mau membantu saya. Dengan terpaksa saya pun membelikan leptop itu dengan harga leptop kurang lebih Rp 4 juta.

Setelah membeli leptop, saya pun membawanya ke rumah dan sampai di rumah, ditanya oleh istri saya. leptop dari mana dan saya menjawab membantu keluarga belikan leptop buat anaknya.

Keesokan harinya, saya tidak kerja dan membawa leptop yang disuruh NQ untuk anaknya, dan sebelum sampai rumahnya, NQ menelpon lagi dan menyuruh saya agar sebelum sampai rumah orang tuanya tolong belikan lalapan buat anak dan orang tuanya.

Sesampai dirumahnya saya menyerahkan leptop itu beserta dengan nota-notanya dan NQ pun menelpon anaknya mengunakan media vidio call untuk melihat keaslian barang yang dibeli dan melihat anaknya yang memainkan leptop barunya.

Saat itu pun saya mengatakan uangnya ada yang lebih setelah beli leptop dan lalapannya, dengan lantang juga NQ mengatakan buat mu aja buat beli rokok dan bensin mu..

Dari hal itukah saya disebut menipu uangnya..

Komunikasi kamipun masih berlanjut dan ketika suatu saat komunikasi agak memanas di saat dia meminta saya untuk menceraikan istri dan anak saya.

Saya tidak terima dengan hal itu, sempat di situ berseteru dan dia pun blok nomor saya, setelah dua minggu NQ kembali menghubungi saya dan bercerita biasa-biasa saja.

Saya menjawab, maaf saya tidak bisa menceraikan istri saya, saat itu pula komunikasi mulai tidak intens seperti biasanya. Akibat keinginannya tidak terpenuhi lagi-lagi NQ blokir saya.

Selang beberapa Minggu kedepan, NQ lagi-lagi menghubungi guna meminta bantuan untuk dibelikan kue ulang tahun anaknya. Namun, lagi-lagi saya menolak, mengingat saya tidak seperti dulu kala dan menyadari karena sudah beristri.

Namun NQ selalu mengeluarkan kata-kata dengan paksa sehingga saya pun kerumahnya atas permintaan NQ untuk mengantar apa yang dia inginkan termasuk menengok org tuanya.

Ibu kandung NQ pun juga sudah mengetahui bahwa saya sudah menikah kabar itu diceritakan oleh NQ sendiri.

Saat itu pun saya mulai nggak mau membantu NQ lantaran saya tidak enak. Namun NQ mengatakan nggak apa-apa dan meminta persoalan itu jangan sampai diketahui oleh orang-orang tutur NQ.

Dan setiap kali komunikasi NQ selalu maksa saya untuk menceraikan istri saya dan melarang saya untuk tidur bareng dengan istri dan anak saya, sampai-sampai yang lebih membingungkan, dia melarang saya untuk tidak berfoto dan bermain bersama anak saya.

NQ juga sempat mengancam, akan menghancurkan hubungan rumah tangga saya dan mempermalukan saya di media sosial (Medsos).

Dan pada saat puasa saya juga pernah dipaksa untuk mengantar anaknya untuk beli baju lebaran. Lagi-lagi saya menolak. Namun NQ mengatakan bahwa anaknya ingin pergi beli baju lebaran harus dengan saya.

NQ lagi-lagi mengirim uang sebanyak Rp 1 juta ke rekening teman saya yang biasa dipakai transfer dan setelah dikirim baru saya dikabarkan. Saya diperlakukan layaknya pembantunya.

Dengan terpaksa saya pun pergi menjemput anaknya dan berbelanja di bolly yang berlokasi di Tente, karena menurut NQ harus saya lagi yang memilih barang-barang anaknya.

Saya pun memilih celana levisnya du stel baru saya bisa pulang, setelah itu dengan hal sama mengatakan uangnya ada yang lebih namun NQ menjawab buat beli rokok dan bensin saya.

Apakah hal itu saya menipunya,? yang lebih kejam lagi, saya dikatakan bahwa saya minta uang bulanan kepada NQ, semua itu bohong.

Dan kalau NQ mengatakan saya menipunya hingga capai Rp 80 juta semua itu bohong dan jika memang itu terbukti mohon buktinya Rp 80 juta itu.

Ini sudah mencoreng nama baik saya beserta keluarga saya, atas statemen yang disampaikan NQ melalui pemberitaan, hingga status sosial saya sekarang terbatasi atas berita yang beredar.

Kemaren, hari selasa tanggal 30 agustus 2021 saya dipanggil oleh dinas tempat saya bekerja dan meminta klarifikasi atas berita yang beredar.

Jujur saja, di tempat kerja saya di Camat Woja kadang-kadang terkejut dengan barang yang datang dengan mengatasnamakan saya.

Padahal, saya tidak pernah memesan atau meminta dari siapa pun. Hal ini juga membuat saya ketakutan. Apalagi barang itu beratnya sekitar 10 kiloan.

Saya ditelpon sama seseorang dengan nomor baru dan menanyakan bahwa benar saya dengan nama ini dan itu.

Saya menjawab iya, kemudian orang yang antar barang tersebut mengatakan saya ingin membawakan pesanan atas nama bapak.

Saya kaget dan sesampai saya bertanya sapa yang ngirim, katanya ada deh.

Saat itu saya nggak berani membuka sampai NQ pun menelpon saya, dan bertanya apakah barangnya sudah diterima?

Saya pun menjawabnya, apakah ini barang yang kamu pesan, dia menjawab iya. “ternyata barang itu kurma seberat lebih kurang 10 kg dan disuruh untuk dibagikan ke tetangga dan teman-teman saya,” jelasnya (Jr Iphul)

Pos terkait