Ketua JQH dan MWC NU Ambalawi Jadi Penceramah Majelis Ta’lim Desa Rite

Bima, Jeratntb.com – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama Kabupaten Bima gelar kegiatan pengajian majelis ta’lim di Desa Rite Kecamatan Ambalawi.

Kegiatan digelar Masjid Besar Al – Umariyyah, Jum’at (19/11/2021) dan diisi oleh dua penceramah yakni Ustad Taufan Sya’ban, SQ, M.Pd.I dan Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Ambalawi, Ustad Jalaludin, S.Pd.I. Pengajian dihadiri oleh Kepala Desa Rite, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemuda.

Direktur Program, Hasnun, S.Pd dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan majelis ta’lim merupakan program dari Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia.

Hasnun mengungkapkan tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya kehidupan yang harmonis serta tidak adanya perselisihan pemahaman keagamaan.

“Kita bisa saling menghargai dan hidup penuh toleransi,”ucapnya.

Ustad Taufan Sya’ban, SQ,M.Pd.I menguraikan materi ceramahnya terkait empat hal.Pertama, terkait dengan Imam dan makmum.”Seorang makmum tidak boleh mendahului seorang imam, baik itu rukuk, sujud maupun yang lainnya karena hukumnya haram,”katanya.

Kedua, terkait dengan orang yang mendo’akan dan yang mengamini. Ketua Jam’iyyatul Qurra Wal huffazh (JQH) Kota Bima mengatakan bahwa Allah akan mengabulkan do’a seorang hamba – Nya karena ada yang mengamini.

“Makanya, kita harus mengamini setiap do’a para pendo’a, sebab terkabulnya do’a itu bisa saja karena kita mengamini,”ujar alumni Perguruan Tinggi Ilmu Al – Qur’an (PTIQ) Jakarta itu.

Lanjut Taufan menjelaskan, poin ke tiga adalah antara guru dan murid. Seorang murid harus taat kepada gurunya agar mendapatkan keberkahan ilmu yang dipelajari.

“Ada seorang murid yang tergolong kurang cerdas mempelajari agama tapi ikhlas mengabdikan diri kepada gurunya, kemudian ia dido’akan oleh gurunya dan menjadi ulama besar,”ungkapnya.

Kemudian yang terakhir adalah orang yang membaca Al – Qur’an dan yang mendengarkannya. Ustad Taufan mengajak jamaah pengajian agar mendengarkan dan memahami dengan baik bunyi Al – Qur’an yang dibacakan.”Supaya mendapatkan pahala seperti orang yang membacanya,”tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua MWC NU Kecamatan Ambalawi, Ustad Jalaludin, S.Pd.I menekankan bahwa dalam mengamalkan ajaran Islam harus mengedepankan toleransi terkait dengan perbedaan pemahaman keagamaan.

“Ada yang melaksanakan wirid, dzikir, dan tahlilan, jangan dipersoalkan, begitu juga sebaliknya. Yang menjadi persoalan adalah adanya orang yang mengkafirkan orang yang tahlilan atau sebaliknya,”jelas Pengasuh Pondok Pesantren Al – Falah Nipa itu.(Jr Syarif)

Pos terkait