Bima, JeratNTB – Menjadi Pegawai Negeri Sipil adalah cita-cita banyak orang, apalagi bagi para pegawai honorer yang sudah sekian lama mengabdi, salah satunya Furkan Ardidianto, S.Pd seorang guru honorer di salah satu SMA Negeri di kabupaten Bima,
Furkan Ardidianto dikenal sebagai sosok yang sangat kreatif dan cekatan dalam menjalankan tugas, bahkan oleh pihak sekolah menganggapnya sebagai ruh bagi sekolah dan rekan-rekan lainnya.
Dihadapan tim media JeratNTB, Furkan mengisahkan harapan besarnya untuk menjadi abdi negara. Hal itupun dicobanya dengan melamar menjadi salah satu calon pegawai negeri sipil pada seleksi CPNS tahun 2020. Kamis (13/02/20).
Furkan Ardidianto mempersiapkan segala sesuatu perlengkapan pengajuan bakal CPNS, semua berjalan lancar dan dinyatakan lulus secara administrasi. Lalu kemudian, Furkan Ardidianto makin giat untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tes CPNS karena dianggap kompetisi tersebut diikuti oleh ribuan sarjana yg kompeten.
Keyakinan untuk mendapatkan standar pasinggraet ada di depan mata, Furkan Ardidianto berangkat ke Mataram, dengan percaya diri bahwa dia bisa bersaing dalam tes CPNS tersebut.
Dengan kepercayaan diri yang besar Furkan Ardidianto meningkatkan belajar agar segala sesuatu bisa dengan mudah dikerjakan. Sembari belajar, Furkan tidak pernah meningalkan kewajiban Lima waktunya dan berdoa meminta kesuksesan dalam kompetisi tersebut.
Furkan Ardidianto menilai dirinya mantap dalam hal itu, hingga suatu hari dimana selang waktu kompetisi dimulai, malamya Furkan berdoa dalam sholat tahajutnya dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT.
Dalam do’anya, Furkan berucap “Ya Allah, apa bila engkau mentakdirkan hamba mu ini akan lulus dalam seleksi hamba sangat berterima kasih atas anugerah yg engkau berikan, tetapi jikalau Engkau memberikan pilihan, hamba akan sangat-sangat bahagia ketika kelulusan itu engkau ganti dengan menghapus dosa-dosa kedua orang tua hamba, hamba lebih ikhlas untuk menerima itu dengan kebahagian dan rasa syukur yang tak terhingga”. Dengan air mata yang bercucuran, Furkan mayakini bahwa harta, tahta dan jabatan tidak ada arti dibanding sosok ke dua orang tua.
Sesaat akan dimulainya tes, tiba-tiba Furkan merasakan sakit kepala sehingga tidak lagi bisa konsen dengan proses yang akan dilalui.
“Yah… banyak waktu yang terbuang, akunya. Mungkin Allah mengijabah doa saya dengan pilihan ke dua”, tuturnya.
Sekembalinya dari Mataram, Furkan Ardidianto membawa oleh-oleh yang sangat berharga, Furkan hadir ditengah-tengah keluarganya dengan senyuman kesuksesan, bukan dengan kekecawaan seperti yang dirasakan oleh peserta lainnya.
“Saya sukses menghapus dosa ke dua orang tua saya”. Ucapnya dengan penuh rasa syukur. ( Jr Gun).