Kota Bima, Jeratntb.com – Pandemi coronavirus telah berdampak pada pendidikan di Indonesia, berdampak pada sekitar 60 juta anak Indonesia. Betapapun dampak pandemi ini memaksa kita untuk menjalankan pembelajaran Jarak Jauh, bukan berarti hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang optimal seketika runtuh.
Anak-anak kita harus tetap mendapatkan pembelajaran yang bermakna; harus tetap mendapatkan kesempatan dan fasilitas untuk terus berkarya serta menginspirasi dunia; dan harus semakin mendapatkan perhatian khusus dalam hal kebahagiaan dan kemudahan pada proses belajarnya.
Para pendidik Indonesia yang berjuang di garda terdepan, sudah semestinya mendapatkan solusi dan bantuan. Kondisi pandemi ini tidak bisa diatasi hanya dengan memindahkan proses belajar-mengajar ke dalam aplikasi-aplikasi digital yang rumit dan tak terarah. Namun yang benar-benar kita butuhkan adalah memfasilitasi para guru, siswa, dan orang tua di Indonesia, untuk bersama- sama mendigitalisasi sekolahnya.
Melalui program ‘Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional’ yang telah selama 4 tahun membantu ribuan sekolah untuk berkarya dan menerbitkan buku bersama, dan kini ditambah penanaman sistem sekolah digital melalui platform DigiLite Indonesia, kita dapat bersama-sama melakukan inovasi revolusioner bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Najeela Shihab pendiri Sekolah Cikal, Pendidik, dan Penulis lewat KSPL Gerakan Menulis Buku Nasional wilayah Bima provinsi Nusa Tenggara Barat Fitria Rahmadani.
Menyikapi hal itu, Kepala Sekolah SDN 05 Kota Bima Suhardin, M.Si., membuka ruang kepada guru-guru dengan memfasilitasi kegiatan sosialisai yang dilaksanakan pada hari ini Rabu, 29 Juli 2020 di Ruang Guru Sekoilah setempat.
Disampaikannya, dalam masa pandemi yang tengah kita hadapi sekarang ini, dimana kita dihimbau untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar melalui sistim daring/luring ditemui banyak kendala. Sementara di sisi lain, anak-anak perlu mendapatkan pendidikan ilmu dasar sebagai bekal masa depan. Oleh karenanya, perlu mendapatkan pembelajaran ekstra guna mengisi kekosongan waktu anak-anak ketika sedang di rumah.
“Anak-anak sebagai regenerasi perlu diajarkan untuk tetap berkreasi, tidak boleh kita biarkan mereka terlena dengan kekosongan KBM seperti sekarang ini, dengan memberikan ruang kepada guru-guru unruk menggali kemampuan anak didik dalam membuat tulisan dan dijadikan dalam sebuah buku tentu memberikan nilai tersendiri. Minimal anak didik diajarkan untuk berkompetisi pada hal-hal yang positif”, tuturnya.
Disamping itu, saya ingin mengulang kesuksesan yang pernah diraih dulu ketika memfasilitasi kegiatan yang sama di SDN 21 Tolomundu, yang mana pada waktu itu berhasil menghantarkan salah satu siswa meraih peringkat 1 nasional penulisan puisi dan mendapatkan penghargaan serta penerbitan satu buah buku kompilasi hasil karya dari 50 orang siswa-siswi SDN 21 Tolomundu yang dikonsumsi di tingkat nasional. Pungkasnya. (Jr Ais)