Ratusan Truk Sapi Masih Bertahan di Pelabuhan Gili Mas, Belasan Ekor Sapi Mati

Lombok Barat, Jeratntb.com – Lebih dari seratus truk tronton dan fuso muatan sapi korban dari Bima dan Dompu menuju Jabodetabek masih menumpuk di Pelabuhan Gili Mas, Kabupaten Lombok Barat, Minggu (20/4/2025).

Akibatnya belasan sapi mati karena dehidrasi dan desak-desakan dalam truk tronton. Tak hanya di pelabuhan Gili Mas juga di pelabuhan Poto Tano Sumbawa dikabarkan satu ekor sapi mati.

Ketua Organisasi Gabungan Pengusaha Hewan Nasional (Gapehani) Kabupaten Bima, Muziburrahman, SH dikonfirmasi media ini mengatakan hingga malam ini sebanyak 12 ekor sapi mati.

“Antrean juga terjadi di Pelabuhan Poto Tano, sebanyak 11 ekor mati di pelabuhan Gili Mas dan 1 ekor di Poto Tano, itu tidak termasuk yang mengalami patah”, lirih Muziburrahman.

Dia mengatakan, sekitar 150 truk tronton dan fuso masih menunggu jadwal keberangkatannya. Persoalan ini kerap terjadi tiap tahunnya akibat minimnya armada kapal yang membawa sapi menuju Pulau Jawa.

“Tidak menutup kemungkinan masih ada ratusan truk tronton dan fuso yang akan tiba dari bima dan dompu,” ungkap Muziburrahman.

Penyebab antrean di Pelabuhan Gili Mas karena adanya keterlambatan pemberian izin keluar dari Dinas Perizinan dan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP).

Dikabarkan Baru empat armada kapal yang memenuhi persyaratan untuk mengangkut hewan ternak sapi. Data pada tanggal 18 April 2025 Kapal Mutiara Barat, mengangkut sebanyak 18 unit truk tronton sapi.

Data tanggal 19 April 2025, Kapal Mutiara Sentosa mengangkut sebanyak 50 truk tronton. Data terbaru tanggal 20 April 2025 sebanyak 18 truk tronton yang masuk.

Lebih lanjut Muziburrahman menjelaskan, baru 3 armada kapal yang masuk itupun selang dua hari baru masuk di pelabuhan,”kapasitas muatan armada kapal hanya mampu 10 sampai 18 truk tronton atau fuso,” jelasnya.

Muziburrahman berharap pemerintah melihat persoalan yang hampir setiap tahun terjadi, agar ke depannya para peternak tidak mengalami hal yang serupa dan menimbulkan kerugian materil akibat keterlambatan keberangkatan ini.

Terlebih selama menunggu kapal, para peternak harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air untuk minum sapi-sapi akibat dehidrasi desak-desakan di bawah teriknya panas matahari. Meskipun ada bantuan air dari Polres Lombok Barat namun hal tersebut tidak mencukupi. (Jr Iphul).

Pos terkait