Bima, JeratNTB.com – Arogansi Tarmizi Ezha, S.Pd kepala SMKN 1 Monta sengaja diumbar di hadapan sejumlah awak media pada jumat (19/7-19), dengan kasar mengusir wartawan yang hendak melakukan klarifikasi berita.
Kejadian itu bermula sekitar pukul 09.45 wita ketika 7 orang wartawan dari berbagai media hendak melakukan klarifikasi berita, melalui seorang guru piket, para awak media itu dipersilahkan masuk ke ruang kepala sekolah setelah sebelumnya guru tersebut menanyakan kesediaan kepala sekolah untuk menerima wartawan.
Setiba di dalam ruang kepala sekolah, para tamu disilahkan duduk dan diminta untuk mengisi buku tamu. Setelah menunggu cukup lama, kepala sekolah menyadari kehadiran awak media untuk melakukan konfirmasi, “Karena kehadiran bapak-bapak ini untuk keperluan berita, maka silahkan tunjukkan identitas masing-masing karena itu prosedur yang diamanatkan oleh atasan kami,” ungkap kepala sekolah.
Proses pengenalan dimulai, semua yang hadir satu persatu menunjukkan identitas sesuai kode etik jujrnalis. Namun ternyata itu belum cukup bagi kepala sekolah, wartawan yang hadir harus menunjukkan bentuk fisik media baik itu alamat website maupun koran harus ditunjukkan, termasuk nomor contak person pimpinan redaksi masing-masing.
Cara kepala sekolah yang sengaja menekan ini memancing protes, bahkan lontaran kalimat kepala sekolah yang mengatakan bahwa alamat website dapat diakali oleh siapa saja, kalimat ini tidak dapat diterima seluruh wartawan yang hadir karena kesannya menyudutkan, sehingga terjadilah adu mulut. “Bapak jangan asal mengeluarkan redaksi, yang namanya website media itu lahir dari perusaan pers yang memiliki ijin, website itu punya pajak setiap tahunnya tidak sembarang dibuat,” kata salah satu wartawan.
Adu mulut dengan volume yang cukup tinggi tidak dapat dielakkan sehingga memancing perhatian sejumlah guru untuk mendekat ke dalam ruangan kepala sekolah sehingga kepala sekolah dengan emosi mengusir seluruh wartawan yang ada di ruangannya, “Kalau begitu keluar dari ruangan saya,” katanya dengan nada tinggi.
Karena diusir, semua yang ada meningggalkan ruang kepala sekolah. Setelah menutup pintu ruangannya, kepala sekolah memaki dengan kata-kata kasar, “Bote, Wawi,” dalam bahasa Bima yang artinya ‘Monyet’ ‘Babi’.
Sikap angkuh dan congkak kepala sekolah ini memancing reaksi Suharlin, S.Sos dewan pembina Persatuan Wartawan (Pewarta) Kae untuk melaporkan kejadian pengusiran itu ke polisi.
Menurutnya, apa yang dilakukan kepala SMKN 1 Monta telah mencoreng citra jurnalis, merongrong nilai demokrasi dan ketentuan hukum serta perundang-undangan yang berlaku.
“Seperti yang diamanatkan dalam UU nomor 40 tahun 1999 tentang Pers pasal 4 ayat 3 yang menegaskan bahwa Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.” Tegas pria yang biasa disapa Leo ini jumat sore tadi di Polres Panda.
Pimpinan redaksi JeratNTB ini menegaskan juga bahwa kasus ini harus menjadi pelajaran untuk seluruh masyarakat, “Ini pembelajaran untuk kita semua lebih-lebih wartawan itu sendiri bagaimana kita bersikap dalam melakukan peliputan di lapangan,” tegasnya sambil menunjukkan bukti laporan polisi nomor : STPL/297/VII/2019/NTB/Res Bima.
[jr.02]