Bima, Jeratntb.com – Aksi pemerasan dengan mengatasnamakan anti korupsi kerap dikeluhkan terutama di jajaran pendidikan, aksi ini semakin merajalela karena kesan diabaikan dianggap masih wajar. Namun rupanya oknum yang berperan justru kian berani dan enjoy melancarkan aksinya.
Rupanya ulah oknum ini sudah banyak makan korban sehingga tidak lagi dapat ditolerir, sejumlah kepala sekolah yang pernah menjadi korban kepada media ini membeberkan kesaksian bahwa oknum berinisial RD warga kabupaten Bima telah sering meminta uang kepada kepala sekolah.
Dengan adanya berbagai kesaksian ini mereka telah sepakat untuk menempuh jalur hukum karena telah meresahkan. “Kami siap memberikan kesaksian sampai ke pengadilan atas pernyataan kami ini,” ungkap mereka.
Menurut para korban, modus pemerasan dengan skenario laporan sumber terkait dugaan penyimpangan anggaran sekolah, oknum berinisial RD yang mengaku sebagai pegiat lembaga swadaya masyarakat (LSM) khusus mengawal pengelolaan keuangan negara, melancarkan aksinya dengan mengirimkan surat audit pengelolaan keuangan.
Anehnya, surat tersebut hanya dijadikan sebagai alasan untuk mengintimidasi kepala sekolah agar menyerahkan sejumlah uang sebagai barter menghentikan penyelidikan.
Hal ini telah sering dilakukan dan berhasil membuat korban menyerahkan uang, beberapa kepala sekolah mengaku telah jutaan rupiah diberikan. “Kami bukan takut karena korupsi, hanya tidak mau repot dengan urusan ini dan itu. Karena sebenarnya berapa seh dana yang dikola, untuk membiayai honor suka rela saja tidak cukup apalagi harus dikorupsi. Tapi kalau sudah dihadapkan dengan isu adanya laporan masyarakat dan sebagainya tentu bagi kami yang awam hukum tentu akan gentar,” ucap mereka beberapa waktu lalu di kantor UPT Dikpora Monta.
Hasil infenstigasi Jerat, RD pernah meminta 2 hingga 3 juta kepada kepala sekolah. Bahkan belakangan beraksi pada hampir seluruh sokolah seolah meminta ‘jatah’.
Sementara RD beberapa kali dihubungi via seluler tidak mau memberikan tanggapan.
Dilain pihak, informasi yang berhasil dihimpun tim Jerat NTB bahwa yang bersangkutan telah dikeluarkan dari keanggotaan lembaga sebelumnya, belum diketahui bendera lembaga mana yang dibawa saat melancarkan aksinya saat ini. (Jr)